. Tega dan Kejamnya....!!! Inilah Rintihan hati Nenek Sinten usai rumahnya di Buleleng dibakar massa...Share yah... | INDAHNYA BERBAGI

Tega dan Kejamnya....!!! Inilah Rintihan hati Nenek Sinten usai rumahnya di Buleleng dibakar massa...Share yah...

atas
tengah
Tega dan Kejamnya....!!! Inilah Rintihan hati Nenek Sinten usai rumahnya di Buleleng dibakar massa...Share yah...
Tega dan Kejamnya....!!! Inilah Rintihan hati Nenek Sinten usai rumahnya di Buleleng dibakar massa...Share yah...

Peristiwa pembakaran rumah warga oleh sekelompok massa terjadi di wilayah Danau Tamblingan, Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari sekian banyak warga yang berteriak histeris menyaksikan rumahnya ludes, hanya Nenek Wayan Sinten terlihat nampak tenang dan menatap dalam-dalam setiap gerak warga melakukan aksi anarkis.

Bahkan, Nenek Sinten tetap terdiam di depan rumahnya menyaksikan bagaimana kobaran api melalap rumahnya. Dia mengaku sejak belum menikah sudah tinggal di tempat itu.

"Biar Hyang Betara (Hyang Esa) dan Betara Langit melihat ini semua. Saya percaya dengan Karma. Saya orang asli di tempat ini. Apa mereka yang bakar rumah ini penduduk asli di sini?" tanya Nenek Sinten dengan pandangan kosong, di Munduk Buleleng, Sabtu (25/4).

Sambil menggendong anak anjing berwarna putih, Nenek Sinten mengaku akan terus tetap bertahan. "Dari leluhur saya sudah tinggal di sini, ke mana saya mau pergi. Ini tanah kelahiran saya dan leluhur saya. Kenapa kami harus di usir?" tanya Sinten sambil meneteskan air mata.

Nenek berumur 62 tahun ini mengaku tidak akan menuntut apa-apa kepada pemerintah dan aparat hukum menyaksikan tindakan anarkis sekelompok orang itu. Menurut dia, sesuai dengan kesepakatan tidak ada aksi perusakan dan pembayaran. 

"Kami yang di sini hanya diminta sudah mengungsi sampai batas waktunya (hari ini). Kalau masih ada tinggal terpaksa di usir, kenapa harus dirusak dan dibakar? Apa ini cara mengusir kami asli penduduk sini? Mau ngungsi ke mana lagi, ini rumah kami," ujar Sinten, sembari mencari dua cucunya yang hilang lantaran lari ketakutan.

Kata Nenek Sinten, selama ini dia tinggal bersama kedua cucunya yang masih kecil-kecil, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada. "Saya ini tinggal sama cucu. Ada dua masih kecil, sekarang masih sekolah cucu saya," sambung Nenek Sinten dengan raut wajah sedih.

Nenek Sinten menuding ada beberapa pihak sengaja memanfaatkan situasi ini, hingga sampai terjadi pembongkaran paksa ini. Dia ngotot tidak akan meninggalkan lokasi itu, dan siap menghadapi kemungkinan apapun.

"Saya tidak akan pergi, bahkan saya akan tetap tinggal di sini. Kalau tidak diberikan untuk mendirikan bangunan di sini, saya akan gelar tikar untuk bisa tinggal di sini. Kenapa saya harus seperti ini, padahal saya Bendega (penduduk asli) di sini, selalu ngayah di sini," ucap Nenek Sinten sambil terisak.


Baca Juga : 

Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/rintihan-hati-nenek-sinten-usai-rumahnya-di-buleleng-dibakar-massa.html
bawah